[Kisah Sukses Pekerja Bahasa] Ira Susana: Penerjemah dan Juru Bahasa Inggris, Indonesia, dan Prancis

Ini adalah tulisan pertama dalam seri yang saya beri judul Kisah Sukses Pekerja Bahasa. Seri tulisan ini adalah hasil wawancara saya dengan penerjemah lepas atau juru bahasa lepas. 

This is the first post in Linguist Success Stories series. The series is adapted from my interviews with freelance translators and interpreters.

Kali ini, saya mengangkat kisah Ira Susana, penerjemah dan juru bahasa yang fasih berbahasa Inggris dan Prancis, dan telah berkecimpung di dunia penerjemahan dan penjurubahasaan selama bertahun-tahun. Saya mengenal Ira ketika saya bekerja sebagai pengajar di salah satu lembaga kursus bahasa Inggris di Jakarta Timur.  Kesan pertama saya adalah beliau orang yang ramah dan tidak segan membantu siapa saja. Saya mengenal dunia penerjemahan pertama kali dari beliau juga, dan itulah yang mengawali tekad saya untuk menjadi penerjemah dan juru bahasa profesional. Mari simak perjalanan karier Ira selengkapnya di bawah ini.

This post is about Ira Susana, a translator and interpreter who speaks English and French. She’s got years of experience as a freelance linguist. I first met Ira when I worked as an English instructor in East Jakarta. She’s a friendly person, the type that you can go to for a piece of advice and always ready to help anyone. I got my first glimpse to the language industry through Ira. That was when I decided that I want to be a professional translator and interpreter. Let’s read more about her story below. 


Saya dan Ira ketika menghadiri Seminar Nasional Industri Bahasa 2018 di Padang. (Ira and I attended Language Industry National Seminar 2018 in Padang.)

[Linguist Success Story] Ira Susana: English – Indonesian and French – Indonesian Translator and Interpreter

Q: Tell me about yourself (Ceritakan tentang diri Anda secara singkat)

A: My name is Ira Susana. I am a certified English translator, interpreter, English & French language instructor and my most important job is being a mother of 3.  In my spare time (which I don’t have much…hehe), I just like to spend it wisely on ‘me time’ or upgrade myself, by going to the hair salon, attending workshop or training that can add to my professional skills. Other personal interests include doing charity work, helping people in need such as those impacted by the natural disasters. I regularly do my social responsibility activities through a social group called Komunitas Penerjemah Satu Hati (One Heart Translators Community). 

Nama saya Ira Susana. Saya adalah penerjemah dan juru bahasa Inggris besertifikat, pengajar bahasa Inggris dan Prancis, dan pekerjaan terpenting saya adalah menjadi ibu tiga orang anak. Di waktu senggang saya (yang tidak banyak…hehehe), saya suka memanjakan diri atau meningkatkan kemampuan. Caranya adalah dengan merawat rambut di salon, menghadiri lokakarya atau pelatihan yang dapat menambah keterampilan profesional saya. Saya juga suka melakukan kegiatan amal, membantu orang yang memerlukan, misalnya mereka yang terdampak oleh bencana alam. Saya melaksanakan tanggung jawab sosial saya secara teratur melalui kelompok yang bernama Komunitas Penerjemah Satu Hati (KPSH).

Q: How did you start your career or get into the language industry? (Bagaimana Anda mengawali karier di industri bahasa?)

AI have always loved teaching languages since high school. I got into the language industry by being an English teacher in 1994 and Indonesian teacher for foreigners in 1997. I received translation jobs along the way. Several parents of my students contacted me for their personal translation need or for their companies. My first full-time job as an in-house translator/interpreter was at a law firm in Bali from 2006 to 2008. I learned to become a legal translator at that law firm and obtained a certificate for legal translation from LBI UI in 2008. Not long after that, I decided to become a freelancer.

Saya sudah suka mengajar bahasa sejak SMA. Saya mengawali pekerjaan saya di bidang bahasa dengan menjadi guru bahasa Inggris pada tahun 1994 dan mengajar bahasa Indonesia ke orang asing pada tahun 1997. Sementara itu, saya juga mulai menerima pekerjaan penerjemahan. Beberapa orang tua murid saya meminta bantuan saya untuk menerjemahkan dokumen pribadi atau perusahaan mereka. Pekerjaan purnawaktu pertama saya sebagai penerjemah/juru bahasa internal adalah di satu firma hukum di Bali sejak tahun 2006 hingga 2008. Saya belajar bagaimana menjadi penerjemah hukum di firma tersebut dan memperoleh sertifikasi sebagai penerjemah hukum dari LB UI di tahun 2008. Tak lama setelah itu, saya memutuskan untuk menjadi pekerja lepas.

Q: What’s the biggest challenges or obstacles you’ve ever faced in this industry? How did you overcome them? (Apa saja tantangan atau hambatan terbesar yang pernah Anda hadapi? Bagaimana Anda mengatasinya?)

A: My biggest challenge was being a court interpreter in Jakarta. Hotman Paris, a famous senior lawyer, was in the court room. I was seated next to the plaintiff and I was so nervous because the trial was a bit tense. It was just different from what I had experienced during my time in Bali as a legal translator/interpreter. It was quite hard to overcome my nervousness. I tried to calm myself and politely confirmed my understanding to the client or judge whenever they spoke or asked questions. The second one was being an interpreter for a non-profit environment organization in Brunei in 2013, meeting with the US Secretary of State, John Kerry. I was nervous because I wasn’t informed who the client was going to meet. They were bound by an NDA. I guess, at that time, I didn’t have enough experience in being around high-rank or famous people.

Tantangan terbesar saya adalah ketika menjadi penerjemah pengadilan di Jakarta. Hotman Paris, seorang pengacara senior terkenal, berada di dalam ruang pengadilan saat itu dan saya duduk di sebelah penggugat. Saya sangat gugup karena situasi persidangan saat itu sedikit tegang. Ini berbeda dari yang saya alami saat bekerja sebagai penerjemah/juru bahasa hukum di Bali. Sulit untuk mengatasi rasa gugup saya saat itu. Saya coba untuk menenangkan diri dan menegaskan pemahaman saya dengan sopan ke klien atau hakim saat mereka bicara atau bertanya. Tantangan kedua adalah menjadi juru bahasa untuk organisasi lingkungan nirlaba di Brunei tahun 2013 dan bertemu dengan John Kerry, Menteri Luar Negeri AS. Saya merasa gugup karena tidak diberitahu sebelumnya tentang siapa yang akan ditemui oleh klien. Mereka tidak diberitahu karena ada perjanjian kerahasiaan. Saat itu, sepertinya saya tidak memiliki cukup pengalaman berada di dekat petinggi negara atau tokoh terkenal.

As for translation projects, the biggest challenge is when the Indonesian source is ungrammatically written with long paragraphs. Most of the time, we cannot contact the writer due to certain code of ethics in the translation industry. We have to read the source so many times and try to grasp what the actual message is. We also need to do some research on the internet that relates to the subject so we can guess its closest meaning.

Tantangan terbesar saya dalam hal pekerjaan penerjemahan adalah ketika teks sumber dalam bahasa Indonesia tidak ditulis dengan tata bahasa yang baik dan dalam paragraf yang panjang. Kita acap kali tidak bisa menghubungi penulisnya karena adanya kode etik dalam dunia penerjemahan. Kita harus membaca teks sumber berulang kali dan mencoba memahami makna sesungguhnya yang ingin disampaikan. Kita juga harus melakukan riset di internet terkait dengan topik tersebut agar kita dapat menemukan makna yang paling mirip.

Q: What are your personal and professional opinions about the current situation in the language industry? (Apa pendapat pribadi Anda tentang situasi industri bahasa saat ini?)

A: I think this industry is growing fast. There are now more professional platforms to introduce the professions. The demands are high. Website localization in marketing a product becomes a necessity, if not a trend. Translation agencies are making big profits and we, as freelancers play an important role. It’s a mutual benefit. The market is getting wider. However in Indonesia, to many high school students, the translator/interpreter profession is not as well-known as being a doctor or engineer. So, I personally try to introduce the profession whenever I have the chance and encourage my fellow translators/interpreters to do the same. 

Menurut saya, industri ini berkembang dengan pesat. Saat ini, ada banyak platform profesional untuk memperkenalkan profesi ini. Tuntutan akan penerjemah dan juru bahasa juga tinggi. Pelokalan situs web untuk memasarkan suatu produk menjadi suatu kebutuhan, bahkan kecenderungan. Agensi-agensi penerjemahan mendulang keuntungan besar dan kita sebagai pekerja lepas memegang peran penting. Ini suatu hal yang sifatnya saling menguntungkan. Pangsa pasar semakin luas. Namun, bagi banyak siswa sekolah menengah di Indonesia, profesi penerjemah atau juru bahasa tidak seterkenal dokter atau insinyur. Jadi, saya pribadi mencoba mengenalkan profesi ini setiap kali ada kesempatan dan mendorong rekan-rekan sejawat saya untuk melakukan hal yang sama.

Q: Are there any unforgettable/precious experience that you’ve had as a freelance linguist? (Apakah ada pengalaman Anda yang tak terlupakan atau berharga sebagai pekerja lepas di bidang bahasa?)

A: Visiting other countries or cities with accommodation and transportation fully-paid by the client, apart from the professional daily fee. Hehehe. For example: San Francisco, Sydney, Dubai, Malaysia, Singapore, and Brunei.

Kesempatan mengunjungi kota atau negara lain dan biaya akomodasi dan transportasi ditanggung sepenuhnya oleh klien, selain mendapat bayaran harian. Hehehe. Misalnya: San Francisco, Dubai, Malaysia, SIngapore, dan Brunei.

Another precious experience is when recently I was assigned as an Interpreter Coordinator cum English interpreter for 2018 Indonesian Asian Para Games. 

Pengalaman berharga lainnya adalah ketika baru-baru ini ditugaskan sebagai Koordinator Juru Bahasa dan juru bahasa Inggris untuk Asian Para Games Indonesia 2018.

Q: Do you have any tips for beginners or anyone who would like to work in the language industry as translators/interpreters? (Apa saran Anda untuk para pemula atau siapa saja yang ingin bekerja di bidang bahasa sebagai penerjemah/juru bahasa?)

A: Upgrade your skills (linguistic, technical, and interpersonal) as translator/interpreter by participating in workshops, trainings, or seminars.

Tingkatkan keterampilan (linguistik, teknis, dan interpersonal) sebagai penerjemah atau juru bahasa dengan mengikuti lokakarya, pelatihan, atau seminar.

Get into the right network online and offline.

Masuki jejaring daring dan luring yang tepat.

Join professional associations (Himpunan Penerjemah Indonesia, International Federation of Translators) and professional platforms such as ProZ, Translators Cafe, Translation Directory, LinkedIn, etc.

Bergabung dengan asosiasi profesi (Himpunan Penerjemah Indonesia, International Federation of Translators) dan platform profesional lainnya, seperti ProZ, Translators Cafe, Translation Directory, LinkedIn, dll.

Q: If you could change anything in this industry, what would it be? And why? (Jika Anda dapat melakukan perubahan apa pun dalam industri ini, apa yang akan Anda lakukan? Mengapa? 

A: The terms of payment to be less than 30 days from translation agencies 🙂 Because being a freelancer, we don’t have a definite income each month. It would be nice to get paid quicker. While for interpreting jobs, we usually get paid a few days after completion, if not immediately the next day.

Agensi penerjemahan melakukan pembayaran dalam waktu kurang dari 30 hari 🙂 Sebagai pekerja lepas, kita tidak memiliki pemasukan tetap setiap bulan. Lebih baik jika dibayar lebih cepat. Sedangkan untuk pekerjaan penjurubahasaan, kita biasanya dibayar keesokna harinya atau beberapa hari setelah pekerjaan selesai.

Educate more local companies to appreciate our profession by following the national standard rate.

Perusahaan lokal sebaiknya diberi penjelasan agar lebih menghargai profesi kita dan membayar jasa sesuai dengan tarif standar nasional.

Q: What’s your biggest contribution to this industry so far? (Apa sumbangsih terbesar Anda sejauh ini bagi industri bahasa?)

A: As Interpreter Coordinator for the Asian Para Games and providing sharing sessions for free at home or online (private messages).

Sebagai Koordinator Juru Bahasa untuk acara Asian Para Games dan mengadakan sesi beragih secara gratis di rumah atau secara daring (melalui pesan pribadi)

Q: Please describe yourself in three words (Jelaskan tentang diri Anda dalam tiga kata)

A: Helpful, persistent, well-organized 🙂

Suka menolong, ulet, rapi 🙂

Q: Do you have favorite books/references/quotes that help you keep going and motivate you to work better? If yes, please mention it here. (Apakah ada buku/rujukan/kutipan favorit yang membantu Anda agar tetap semangat dan memotivasi untuk bekerja dengan lebih baik?) 

A: My favorite quotes: (Kutipan favorit saya)

  • Share your knowledge; it’s a way to achieve immortality” 
  • Open your arms to changes, but don’t let go of your values” 
  • “KAIZEN” = continuous improvement!

Itu kisah sukses Ira Susana dalam menjalani profesi sebagai penerjemah dan juru bahasa.  Semoga ada pelajaran berguna yang bisa dipelajari dan dipetik dari cerita yang beliau bagikan. Masih ada banyak penerjemah dan juru bahasa lain dengan beragam kisah sukses dan pengalaman mereka yang unik dan menarik. Nantikan kisah sukses berikutnya segera, ya 😉

That’s a summary of Ira Susana’s success story as a translator and interpreter. I really hope you can get values from her story and incorporate them in your own career path. There are many other successful freelance linguists with their one-and-only, fascinating stories. Stay tuned for more stories soon 😉 

Hai! Saya Desi, penerjemah bersertifikat HPI untuk pasangan bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris, sekaligus juru bahasa profesional. Saya berbagi pengalaman sebagai penerjemah lepas melalui blog dan siniar saya “Being a Translator: a Podcast by Desi Mandarini“. Saat ini, saya masih menjadi anggota aktif Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) sejak tahun 2010, dan Perhimpunan Juru Bahasa Konferensi Indonesia (AICI). Ingin tahu lebih banyak tentang pekerjaan saya? Mari berteman di Instagram, Twitter, Facebook, atau LinkedIn.  Punya pertanyaan atau komentar? Kirimkan saja melalui surel ke info@desimandarini.com. Salam sukses!

6 thoughts on “[Kisah Sukses Pekerja Bahasa] Ira Susana: Penerjemah dan Juru Bahasa Inggris, Indonesia, dan Prancis

  1. Halo mbak Desi, cerita tentang penerjemah Ira Susana sangat inspiratif, namun mbak Desi juga nggak kalah inspiratifnya. Suka berbagi ilmu dan web ini juga sangat cantik. jadi terinspirasi buat web. Sayapun mendengar podcastnya. saya tunggu seri berikutnya. salam hangat.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.