Nasihat untuk Desi si Penerjemah Pemula

Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, saya hanyalah seorang penerjemah pemula yang masih diliputi sejuta keraguan untuk menggeluti profesi saya saat ini. Mampukah saya memulai, apalagi bertahan? Sanggupkah saya menghidupi diri dengan menjadi penerjemah lepas? Ah, masih banyak pertanyaan lainnya yang berseliweran di benak saya kala itu.

Kalau bisa kembali ke masa itu, inilah nasihat yang akan saya sampaikan ke Desi si penerjemah pemula.

  1. Jangan ragu untuk memulai meskipun belum memiliki CAT Tools. Saat itu, saya ‘terpesona’ oleh beragam CAT Tool keren yang dipakai oleh para penerjemah senior dan sering saya lihat diberitakan di portal penerjemahan. Nyatanya, hal utama yang diperlukan oleh penerjemah pemula adalah tekad kuat untuk belajar dan meningkatkan keterampilan menerjemah, bukan tetek-bengek yang keren dan canggih. Semua itu bisa diperoleh seiring meningkatnya kemampuan dan pendapatan saya.
  2. Miliki dana cadangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan minimal 3-6 bulan pengeluaran rutin. Memulai memang satu langkah yang penting, tapi alangkah baiknya kalau ada rencana yang cukup matang dan buffer untuk menutupi semua kebutuhan dasar selama merintis karier sebagai penerjemah lepas. Dulu, saya masih bisa disebut beruntung karena tak lama setelah merintis karier, kurang lebih 6 bulan (hah? Lama juga, ya?), saya mulai mendapat pekerjaan-pekerjaan kecil yang bisa menambah pundi-pundi saya dan membantu menutupi pengeluaran rutin yang selalu ada. Kala itu, saya juga masih berstatus pekerja paruh waktu di sebuah lembaga pengajaran bahasa Inggris, jadi masih ada sumber pendapatan lain yang bisa saya andalkan. Bayangkan saja kalau saya menggantungkan hidup sepenuhnya pada karier yang baru saya mulai! Wah, bisa-bisa saya stres dan malah tidak sanggup bekerja dengan baik dan mengasah keterampilan saya.
  3. Tentukan tarif yang masuk akal dan cukup untuk menutup pengeluaran rutin dan menabung. Meskipun masih pemula, jangan terlalu ‘manut‘ pada agensi. Setidaknya, kamu harus punya patokan tarif sendiri sebelum menerima tarif yang disodorkan oleh agensi. Dari sana, kamu memiliki standar untuk dinegosiasikan.
  4. Jangan malu bertemu dan bertanya kepada penerjemah yang lebih berpengalaman. Percayakah kamu kalau saya adalah seorang introvert yang sangat pemalu dan canggung ketika bertemu dengan orang banyak? Jangankan bicara, berada bersama satu atau dua orang yang belum saya kenal baik (apalagi kolega senior) sudah cukup membuat saya gugup dan berkeringat dingin, he-he-he. Namun, saya memacu diri untuk berani dan memikirkan ini dari segi profesionalisme dan kemajuan saya nanti. Jadi saya paksakan diri untuk berani bicara dan bertanya ketika ada yang tidak saya pahami. Tegur sapa santai di awal menjadi pemantik untuk makin mengenal kolega-kolega lain dan memantapkan posisi sebagai penerjemah yang memiliki banyak jejaring dan membantu menambah peluang proyek di masa depan. Buktinya? Ya diri saya yang sekaran ini. 🙂
  5. Jangan segan menyampaikan kepada siapa saja bahwa kamu adalah penerjemah. Saya dulu sering kurang percaya diri ketika ditanya apa profesi saya. Teman-teman lain bekerja di perkantoran besar, memiliki bisnis yang sukses, atau menyandang jabatan tinggi di dunia korporat. Rasa tidak percaya diri saya tecermin dalam cara saya menjawab pertanyaan tentang profesi saya dengan enggan dan malu-malu. Saya pun sering bingung menjelaskan ketika ditanyai lebih lanjut tentang apa yang saya kerjakan. Wah, kalau ingat itu sekarang, saya merasa geli sendiri. Belakangan baru saya sadari bahwa dengan menyampaikan ke orang-orang yang saya temui tentang pekerjaan saya, saya jadi lebih dikenal dan banyak orang yang kemudian menghubungi saya karena membutuhkan jasa penerjemah. Duh, dangkal sekali pikiran saya dulu, ya. 😦

Teman-teman, apakah kamu pernah mengalami salah satu hal di atas seperti saya dahulu? Atau ada kejadian lain yang membuatmu berpikir seandainya kamu dulu tahu, kamu pasti memperbaikinya segera?

Salam sukses!

Desi is an HPI-certified English<> Indonesian translator and professional interpreter. She’s into books, writing, movies, and learning foreign languages. She’s the director of Transloka Lingua (PT Transloka Lingua Bahasa), a legally-established translation company founded in January 2024. Desi also manages a blog and podcast where she shares her experience as a linguist as well as tips and tricks on productivity and freelancing. Desi is a member of Association of Indonesian Translators (HPI) and Association of Indonesian Conference Interpreters (AICI). Follow her on Instagram, Twitter, Facebook, and LinkedIn.  Have questions for Desi? Send an email to hello@desimandarini.com.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.