Saya sudah sering mengikuti pelatihan dan lokakarya penerjemahan dan penjurubahasaan, dan semua pelatihan tersebut selalu memberi manfaat baru bagi saya pribadi dan pekerjaan yang saya jalani. Begitu pula halnya dengan pertemuan santai dengan rekan sejawat bidang penerjemahan dan penjurubahasaan.
I’ve attended many translation and interpretation trainings and workshops, and each one of them always provides different insights to me, both personally and professionally. The same applies to informal meetups with fellow translators and interpreters.
Nah, beberapa hari yang lalu saya berkesempatan bertemu lagi dengan Ibu Inanti Pinintakasih Diran. Kebetulan beliau sedang berada di Bali untuk pekerjaan penjurubahasaan saat itu. Jadilah saya dan salah satu rekan juru bahasa saya, Windi, bertemu untuk berbincang santai dengan Ibu Inanti. Bagi yang belum pernah mendengar tentang Ibu Inanti, beliau adalah juru bahasa senior yang berkarier sejak tahun 1998 sekaligus dosen di Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia untuk Program Magister (S2) Penerjemahan dan Penjurubahasaan. Beliau juga merupakan satu dari tiga juru bahasa Indonesia yang merupakan anggota Association Internationale des Interprètes de Conférence (AIIC) atau The International Association of Conference Interpreters.
A few days ago, I got a chance to meet again with Inanti Pinintakasih Diran. She was in Bali for an interpreting assignment. We agreed to meet, so I went with one of my fellow interpreters, Windi. FYI, Inanti is a highly experienced conference interpreter. She’s been an interpreter since 1998, and she also teaches Translation and Interpretation to post-graduate students at Linguistic Department, Faculty of Humanities of Universitas Indonesia. She’s one of only three Indonesian interpreters who are members of Association Internationale des Interprètes de Conférence (AIIC) or The International Association of Conference Interpreters.
Meski telah memiliki segudang pengalaman dan bekerja sebagai juru bahasa di berbagai konferensi internasional di dalam dan luar negeri, Ibu Inanti tetap merupakan sosok yang rendah hati dan sangat ramah. Saya kenal beliau pertama kali ketika menghadiri kursus dua hari penjurubahasaan simultan yang diadakan oleh AIIC di Jakarta bulan Agustus lalu. Kemudian, kami bertemu lagi saat HPI Komda Bali mengundang beliau sebagai pelatih dalam pelatihan penjurubahasaan simultan di Bali pada akhir Agustus 2018.
Aside from her vast professional experience of interpreting in numerous national and international conferences, Inanti is amazingly humble and friendly to everyone. I first met her in August 2018 when I attended a two-day interpretation course held by AIIC in Jakarta. She was invited by HPI Regional Branch of Bali in the same month to deliver a training on simultaneous interpretation, and I met her again in the training.

Setiap kali bertemu beliau, ada saja hal-hal menarik dan lucu yang saya dengar darinya. Beliau sangat bersemangat ketika membicarakan tentang hewan peliharaan kesayangannya, yaitu 29 ekor kucing! Apalagi ketika membicarakan dunia penjurubahasaan, waktu dua jam ketika bertemu beliau malam itu tidak akan cukup untuk membahas itu saja 🙂
Talking with Inanti is always fun and insightful. She has interesting stories to share and they never fail to make us laugh. She beams up everytime she gets the chance to talk about her 29 precious little furry “kids”, aka her lovely cats! Yes, you read it right, 29 cats! It would probably take more than two hours for us to talk about interpreting world with her that evening.
Ibu Inanti tidak pernah bosan mengingatkan saya bahwa selaku juru bahasa profesional, saya harus selalu menjaga sikap profesional kala bekerja. Saya diingatkan untuk selalu mematuhi peraturan yang menjadi panduan bagi para juru bahasa saat sedang bertugas. Hal-hal seperti memeriksa kelengkapan kerja di dalam booth, buku catatan, dan selalu tiba di tempat kerja tepat waktu adalah beberapa hal yang selalu ditekankan oleh beliau. Beliau juga berbagi mengenai pengalaman unik yang diperoleh saat bertugas sebagai juru bahasa di pelosok Indonesia dan luar Indonesia. Wah, kalau saya tuliskan semua di sini, bisa-bisa pos blog ini jadi sangat panjang dan tak habis dibaca dalam sehari, hahaha!
Inanti always reminds me to be professional whenever I am on assignments. She kindly reiterates the rules and guidance for professional interpreters. Arriving early for assignments, carrying notebooks, checking SIS devices before interpreting, and other work details are among so many things that she always asks me to keep in mind to maintain professionalism. Going around Indonesia and other countries on interpreting assignments has provided her with unforgettable, unique stories that she always shares with us. If I write it all here, I’m afraid this post will be the longest in the history of blogging and take days to finish reading! 😉
Dari Ibu Inanti juga saya memperoleh informasi terkini mengenai perkembangan dalam dunia penjurubahasaan dan rencana kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan oleh organisasi profesi juru bahasa di Indonesia, yaitu Association of Indonesian Conference Interpreters (AICI) bersama Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI). Ah, saya hampir lupa menyebutkan bahwa Ibu Inanti adalah salah satu penggagas didirikannya AICI sekaligus anggota Dewan Etika dan Profesi AICI.
From every talk with Inanti, I always get so much information regarding the latest development in interpretation, including future trainings or events to be conducted by the Association of Indonesian Conference Interpreters (AICI) in collaboration with the Association of Indonesian Translators (HPI). Oh, I should have mentioned earlier that Inanti is one of the founders of AICI and members of AICI’s Ethics and Professional Council.
Tak terasa, malam itu hampir dua jam lebih saya dan Windi berbincang dengan Ibu Inanti. Beliau masih harus bertugas keesokan harinya dan malam sudah larut. Saya pun berpamitan dan pulang dengan membawa pengetahuan baru, dan tentu saja semangat untuk terus meningkatkan kemampuan dan jam terbang saya sebagai juru bahasa profesional.
That evening, we talked for more than two hours. We only stopped because it was getting late and Inanti had an early start the next day. I went home with a head full of new hope and knowledge. I hope I will be able to add more hours to my professional portfolio and be a better, highly qualified interpreter.


Desi is a certified English – Indonesian translator and conference interpreter. She’s a native Indonesian and her specializations are technology and human resources. She also translates materials pertaining education, aviation security, online language learning, and fisheries. She has performed interpretation in numerous national dan international conferences and events. She’s into books, writing, movies, and learning foreign languages. Desi manages a blog where she writes and shares about her experience as a linguist as well as tips and tricks to to work and maintain career as a translator and interpreter. Desi is a member of Association of Indonesian Translators (HPI) and Association of Indonesian Conference Interpreters (AICI). Follow her on Instagram, Twitter, Facebook, and LinkedIn. For questions about translation or interpretation services and quotes, send email to hello@desimandarini.com.