Lima Mitos dan Fakta Seputar Profesi Penerjemah & Juru Bahasa

Mitos: Kalau saya bisa berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, saya pasti bisa jadi penerjemah/juru bahasa.

Fakta: Tidak semua orang yang menguasai bahasa asing mampu menjadi penerjemah/juru bahasa. Banyak faktor yang menentukan kelayakan seseorang untuk melakukan pekerjaan penerjemahan, seperti penguasaan tata bahasa Indonesia yang baik, pengetahuan luas tentang budaya negara pengguna bahasa asing yang akan diterjemahkan, dan keuletan dalam mencari informasi mengenai padanan kata. Menerjemah adalah pekerjaan yang mengasyikkan sekaligus menuntut kejelian dan kecakapan mengolah kata dan kalimat untuk mengalihkan pesan dan makna dari suatu bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemah tidak begitu saja menerjemah kata per kata. Jika itu yang dilakukan, maka kehadiran alat penerjemahan seperti Google Translate pasti sudah menggantikan para penerjemah di seluruh dunia 😉

Mitos: Saya tidak pernah tinggal di luar negeri, jadi saya tidak memenuhi syarat untuk menjadi penerjemah/juru bahasa.

Fakta: Salah! Meskipun tidak pernah tinggal di luar negeri, seseorang tetap bisa menjalani profesi sebagai penerjemah atau juru bahasa. Kemampuan orang untuk menguasai bahasa lain selain bahasa ibu dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain bakat dan minat pada bahasa asing tertentu. Pernah tinggal di luar negeri adalah nilai tambah yang tentu saja sangat membantu dalam melakukan pekerjaan sebagai penerjemah/juru bahasa. Namun, jika seseorang belajar dengan tekun dan selalu membiasakan diri untuk menyimak, menulis, membaca, dan berbicara dalam bahasa asing yang diminati, kemampuan bahasa asingnya pasti terasah dengan baik. Hasilnya, ia akan terampil menggunakan keempat keterampilan berbahasa di atas dan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai segala aspek bahasa asing tersebut.

Mitos: Saya orang Indonesia, tentu saja saya bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Jadi, saya pasti bisa menjadi penerjemah dan menerjemah dengan baik.

Fakta: Hm, yakin kalau kita sudah mengetahui bahasa yang baik dan benar? 🙂 Apakah dalam percakapan dan kegiatan sehari-hari kita sudah memilih menggunakan bahasa ibu kita ini sepenuhnya, alih-alih bahasa Inggris agar terdengar gaya? 😉 Tanyalah diri sendiri tentang hal ini dan putuskan apakah kita sudah bisa berbahasa Indonesia dengan baik DAN benar. Jika kita mengirim pesan teks atau surel dan penerima bingung dengan maksud yang ingin kita sampaikan, berarti kita masih harus banyak belajar menggunakan bahasa ibu kita, bahkan dalam hal paling sederhana seperti penggunaan tanda baca titik dan koma 😉

Mitos: Profesi penerjemah dan juru bahasa di masa depan akan hilang dan digantikan oleh mesin dan robot yang dilengkapi kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Fakta: Salah! Bahasa adalah hal yang kompleks dan kemampuan manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh banyak hal. Dalam menyampaikan pesan kepada orang lain, otak kita harus memilah informasi yang akan disampaikan berdasarkan banyak hal, antara lain lawan bicara dan situasi. Apakah orang yang kita ajak bicara lebih tua atau muda daripada kita? Apakah kita berada dalam acara resmi atau sekadar bertegur sapa dengan kolega di kedai kopi? Apakah hal yang akan kita terjemahkan dan tulis akan dibaca oleh kalangan muda, akademia, atau pekerja profesional lainnya? Semua nuansa bahasa itu tidak akan dapat 100% dikuasai oleh mesin. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa profesi ini akan tergerus zaman. Otak manusia sebagai mesin tertua dalam peradaban tidak akan pernah bisa tergantikan oleh apa pun.

Mitos: Penerjemah dan juru bahasa tidak bisa hidup dengan layak karena penghasilannya tidak menentu, bahkan kadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Fakta: Sekali lagi salah! Saya menggeluti profesi sebagai penerjemah selama hampir delapan tahun dan menjadi juru bahasa selama kurang lebih lima tahun. Selama itu dan hingga detik ini saya bersyukur karena selalu mendapat pekerjaan dan proyek penerjemahan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup saya. Beberapa rekan penerjemah dan juru bahasa yang saya tahu dan kenal pun sudah sangat sukses di bidangnya dan mampu menggantungkan hidup sepenuhnya pada profesi ini. Tentu saja, ada perbedaan dalam hal penghasilan bagi penerjemah dan juru bahasa lepas (freelance translator dan interpreter) dan internal. Kemampuan kita berkomunikasi dan menjaga hubungan baik dengan klien dan rekan sejawat juga menentukan keberhasilan kita. Semakin bagus hubungan dengan klien, semakin besar kemungkinan kita akan tetap mendapat pekerjaan dari mereka, atau bahkan direkomendasikan ke pemberi kerja lain. Jejaring yang kita bangun dengan sesama rekan penerjemah pun dapat membantu kita menambah peluang untuk mengembangkan diri dan memperoleh pekerjaan. Namun, kita tentu saja tetap berusaha sendiri dan tidak selalu mengandalkan orang lain untuk memperoleh proyek 🙂 Kesimpulannya, profesi ini sama dengan pekerjaan profesional lainnya dan bila dijalani dengan serius bahkan dapat menghasilkan pendapatan dengan jumlah yang sangat mencengangkan, hehehe.

Jadi, adakah yang tertarik untuk menjadi penerjemah atau juru bahasa setelah membaca kelima fakta yang saya tuliskan di atas?

“If you do what you love, you’ll never work a day in your life.

— Mark Antony

5caff17f-6312-4037-aaea-b78efba5e1e3

2 thoughts on “Lima Mitos dan Fakta Seputar Profesi Penerjemah & Juru Bahasa

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.