Kebiasaan Buruk Pekerja Lepas yang Berpengaruh dalam Jangka Panjang

Berapa jam sehari kamu tidur? Maksud saya adalah tidur yang benar-benar nyenyak, ya. Apakah kamu makan tepat waktu? Atau, lebih sering terlambat dan menunda makan karena berpikir: “Ah, nanggung nih, kerjaan dikit lagi kelar”? Inilah sebenarnya yang sering berdampak buruk bagimu, yaitu memupuk kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk seperti contoh di atas akan mengganggu kondisi kesehatan dan staminamu dalam jangka panjang. Akibatnya? Yaaa, kemampuan kerjamu menurun.

Hm, membangun kebiasaan yang baik itu memang sulit. Setidaknya di awal saat hendak memulai. Dahulu, ketika memutuskan bekerja lepas dan baru memulai, saya pun melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk di bawah ini. Seiring berjalannya waktu dan terbukanya pikiran saya, saya menyadari bahwa apa yang saya lakukan selama itu tidak baik untuk masa depan karier dan pribadi saya. Mau tahu apa saja kebiasaan itu?

Tidak memiliki jadwal istirahat yang baik

Sebagai pekerja lepas, pekerjaan bisa datang kapan saja. Tenggat pun bisa jadi tidak selalu di jam-jam normal, apalagi kalau klien berasal dari luar Indonesia. Walhasil, jam istirahat pun ambyar kacau 😁 Tapi, beberapa tahun belakangan ini saya sudah tidak bisa tidur lewat tengah malam lagi. Maklum, mungkin usia sudah tidak mengizinkan saya begadang atau tidur terlalu larut, hehehe. Ingat nasihat Bang Haji Rhoma, terlampau sering begadang akibatnya tidak baik.😂

Karena itulah, saya mengatur agar semua pekerjaan bisa saya selesaikan maksimal di sore hari. Mengorbankan hal lain jadi tidak bisa dihindari, tapi itulah konsekuensi pekerja lepas. Kamulah yang harus bisa mengatur diri sendiri, tentu saja dengan beberapa penyesuaian khusus.

Tidak mengonsumsi makanan yang bergizi dan bernutrisi

Saya sering lupa makan, atau melewatkan jam makan karena keasyikan bekerja. Bahkan, akibat perencanaan yang masih belum rapi, saya sering bekerja ngebut karena tenggat semakin dekat. Duh, jangan lagi deh seperti ini. Akibatnya banyak lo, seperti terkena maag atau asam lambung sering naik karena stres akibat mengejar tenggat dan lupa makan! Belum lagi jatuh sakit karena makan gak teratur. Amit-amit, deh.

Suka menunda melakukan segala hal

Ini nih, dulu ini adalah hobi saya, hahaha! Saya sering berpikir, “Ah, kerjaan ini due datenya besok malam, kok. Sekarang mending santai dulu, toh cuma 1.000 kata.” Keesokan harinya, menjelang tenggat, satu kata pun belum diterjemahkan. 😩 Akibatnya, ya kerja jadi terburu-buru, dan hasilnya jadi kurang maksimal. Nah, kalau kamu penerjemah lepas juga seperti saya, jangan memupuk kebiasaan ini, ya. Nanti pekerjaanmu hasilnya tidak maksimal dan bisa berpengaruh ke performa serta nama baikmu di mata klien. Mana ada sih klien yang mau mempekerjakan penerjemah yang kualitas kerjanya buruk terus-menerus?

Tidak sabaran

Ketika memulai karier sebagai penerjemah lepas, saya berpikir dengan mengirim lamaran sebanyak-banyaknya maka saya akan langsung kebanjiran klien DAN proyek penerjemahan. Langsung deh otak saya dipenuhi bayangan lembaran uang dolar, rupiah, dan nominal saldo rekening yang gendut nan menawan. 😂 Tapi, itu tidak terjadi seperti harapan saya. Saya pikir, dengan mengumumkan diri sebagai penerjemah lepas, saya akan langsung dikenal semua kalangan dan dilimpahi pekerjaan. Eits, salah besar, Desi. 😩 Untuk mencapai kesuksesan dalam bidang apa pun, kamu memerlukan satu hal mutlak: KESABARAN. Sabar dalam melihat dan memilah peluang, sabar dalam memoles keterampilan dan CV, termasuk juga sabar dalam menanti hasil yang diharapkan.

Ah, akhirnya saya sadar, tidak ada kesuksesan instan seperti dalam bayangan saya dulu. Sekarang, saya hanya bisa geleng kepala ketika membaca curhatan atau posting penerjemah yang mengeluhkan tidak kunjung menerima kabar tentang lamaran yang mereka kirim atau proyek yang mereka idamkan. Ketika saya baca lebih lanjut atau tanyakan berapa lama mereka menunggu, jawabnya: 2 minggu. Lahhhh??? Saya menghabiskan waktu sekitar setahun lebih sebelum akhirnya mendapatkan DUA klien tetap. Ya, hanya dua pada awalnya. Jadi, pembaca yang budiman, sabarlah dan terus asah kemampuanmu. Jangan hanya berharap hal yang indah-indah untuk segera menghampirimu tanpa mau usaha dan bersabar. 😁

Merasa tahu segalanya

Kebiasaan buruk selanjutnya adalah merasa sudah mengetahui semuanya. Apa pun profesimu, kalau kamu tidak terus belajar untuk mengikuti perkembangan dunia kerjamu, niscaya kamu akan tertinggal jauuuh. Tidak hanya ketinggalan informasi, lo. Kamu juga bisa ditinggal rekan-rekan seprofesi karena kamu selalu terlihat pongah dan merasa sudah tahu segalanya. Biasanya, kebiasaan ini akan membuatmu malas belajar dan memoles kemampuan. Akibatnya? Sudah saya sebutkan di poin-poin sebelumnya di atas, ya. 😁

Tidak punya jadwal kerja dan pribadi yang tertata

Pekerja lepas itu memikul tanggung jawab yang sangat besar, lo. Mengapa begitu? Bayangkan saja. Kamu bekerja sendiri, dan harus mengurus semua aspek pekerjaan SENDIRI. Urusan bayar pajak, mengelola pendapatan dan keuangan, serta mengatur jadwal. Kapan kamu berniat meliburkan diri tapi tidak berpengaruh terlalu besar ke penghasilan, dan kapan kamu menyelesaikan urusan pribadi. Apalagi kalau kamu sudah berkeluarga. Urusan rumah tangga akan terasa tiada habisnya, sedangkan pekerjaan tak bisa ditunda.

Nah, di saat seperti inilah kamu sebagai pekerja lepas harus disiplin menata jadwal. Dulu, saya tidak punya pikiran untuk membuat jadwal mingguan, bulanan, apalagi harian. Pikir saya: Ah, bodo amat. Jalani aja, toh bakal kelar semuanya. Hm, dan ini terbukti salah besar. Saya pernah melewatkan tenggat pekerjaan karena LUPA MENCATAT di jadwal dan beranggapan ‘SAYA PASTI INGAT‘. Dan ini salah besar. Saya pun memetik pelajaran berharga dari situ. Untungnya klien saya masih berbaik hati memaafkan keteledoran saya, dan saya diizinkan mengirim pekerjaan dengan tenggat yang diperbarui.

Merasa nyaman di posisi saat ini

Manusia itu paling suka berada di zona nyaman. Apa-apa sudah enak, tinggal duduk tenang dan menikmati. Dalam beberapa hal, ini bagus. Tapi, kalau kamu adalah pekerja lepas, kariermu akan mandek jika pola pikir yang kamu anut masih seperti ini. Kalau kamu hanya mengerjakan hal yang sama dan bergaul dengan orang-orang yang sama, kariermu tidak akan berkembang. Cobalah hal baru, bergaul dengan orang-orang baru, maka peluang kerja akan semakin banyak dan pintu rezeki terbuka lebar.

Namun, sekali lagi, semua hal di atas hanyalah berdasarkan pengalaman pribadi saya. Kamu bebas menentukan hal yang sekiranya akan membantumu maju dalam berkarier. Ingatlah bahwa tidak semua orang dan kebiasaan mereka itu sama.

Nah, bagaimana menurutmu? Apakah kamu juga dulu memiliki kebiasaan buruk seperti di atas? Bagaimana cara kamu menyikapinya? Apakah kamu punya tips lain untuk pekerja lepas? Silakan bagikan pendapatmu di bagian komentar, ya. 😉

Hai! Saya Desi, penerjemah bersertifikat HPI untuk pasangan bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris, sekaligus juru bahasa profesional. Saya berbagi pengalaman sebagai penerjemah lepas melalui blog dan siniar saya “Being a Translator: a Podcast by Desi Mandarini“. Saat ini, saya masih menjadi anggota aktif Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) sejak tahun 2010, dan Perhimpunan Juru Bahasa Konferensi Indonesia (AICI). Ingin tahu lebih banyak tentang pekerjaan saya? Mari berteman di Instagram, Twitter, Facebook, atau LinkedIn.  Punya pertanyaan atau komentar? Kirimkan saja melalui surel ke info@desimandarini.com. Salam sukses!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.