Kelebihan dan Kekurangan Bekerja dari Rumah

Mana yang lebih kamu sukai: bekerja dari rumah atau di luar rumah, seperti di kantor atau ruang kerja bersama (coworking space)?

Saya yang bekerja sebagai penerjemah dan juru bahasa lepas bekerja dari rumah. Saya memutuskan menulis ini karena kerap ditanya “Kerja di mana, Des?” Ketika saya jawab “Di rumah”, si penanya menganggap ini sebagai hal yang ‘mewah’ dan ideal, hehehe. Mereka tidak tahu bahwa seperti halnya semua pekerjaan lain di dunia, selalu ada kekurangan dan kelebihan.

Nah, berikut ini adalah pendapat saya tentang kelebihan dan kekurangan bekerja dari rumah.

KELEBIHAN

Saya bisa menentukan jam kerja sendiri

Inilah salah satu keluwesan yang saya sukai sebagai pekerja lepas. Saya bisa menentukan kapan saya ingin bekerja. Tentu saja setelah disesuaikan dengan kegiatan sehari-hari dan permintaan klien, ya. Saya juga jadi bisa menentukan jam berapa saja saya bekerja secara produktif dan kapan produktivitas saya menurun. Jadi, kualitas pekerjaan yang saya hasilkan bisa terjaga.

Saya bisa bekerja di jam-jam yang produktif bagi saya

Nah, ini yang saya sebutkan di poin pertama di atas. Dengan mengetahui jam kerja yang sesuai bagi saya, saya bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu. Selain itu, orang rumah juga tahu kapan saya tidak boleh diganggu, hehehe 🙂

Saya tidak harus mengenakan pakaian rapi (haha!)

Karena lokasi kerja di rumah, saya tidak dituntut berpakaian rapi atau formal. Asyik, kan? Saya bisa mengenakan pakaian apa pun yang membuat saya merasa nyaman, dan yang lebih penting nih: saya jadi tidak boros menggunakan make up.

Meski begitu, berpakaian rapi membuat saya merasa produktif, lo. Itu sebabnya, ada kalanya saya mengenakan pakaian layaknya ketika saya akan ke luar rumah (baca: selain piyama, baju tidur, atau baju santai lainnya) dan bertemu banyak orang. Ditambah sedikit berdandan juga, sih, hehehe. Produktivitas saya semakin meningkat dan saya merasa puas akan kinerja saya sendiri pada hari itu.

Saya tidak risau tentang ‘politik kantor’

Bekerja di rumah membuat saya merasa lebih tenang dan fokus dalam menyelesaikan pekerjaan. Saya tidak risau tentang bagaimana saya harus berinteraksi dengan rekan kerja di sekitar saya atau khawatir dicap ini dan itu oleh rekan kantor yang usil. Bekerja di rumah membantu saya berfokus hanya pada kualitas kerja yang saya hasilkan, serta bagaimana mempertahankan klien sebagai pemberi kerja.

Cocok bagi saya yang introvert 😉

Poin di atas mengarah ke poin terakhir yang menurut saya cocok bagi diri saya. Interaksi sosial kadang membuat saya lelah. Mungkin ini karena sifat saya yang pendiam. Saya lebih produktif dan bersemangat ketika bekerja sendiri, tanpa dikelilingi banyak orang. Inilah yang membuat saya betah bekerja sebagai pekerja bahasa lepas.

KEKURANGAN

Jam kerja tak menentu

Meskipun fleksibel, terkadang ada klien yang meminta saya untuk siap bekerja pada jam-jam tertentu. Belum lagi ketika ada tenggat pekerjaan lain yang harus dipenuhi. Ini membuat jam kerja saya jadi tak menentu. Bisa saja saya bekerja sepanjang malam dan punya banyak waktu lowong di siang hari. Hal yang sebaliknya juga kerap terjadi. Jadi, jangan terpesona dengan bayangan bahwa pekerja lepas bisa santai seenaknya kapan saja 😀

Banyak gangguan saat bekerja

Kalau saya tidak disiplin mengatur diri, pasti pekerjaan sering terbengkalai. Bayangkan saja ketika sedang asyik bekerja, ada teman atau kerabata yang menelepon. Belum lagi anggota keluarga di rumah yang menyela ketika saya sedang asyik bekerja atau dikejar ‘singa mati’. Wah, pasti berantakan semua yang sudahsaya rencanakan. Itu sebabnya saya harus pandai menahan diri dan disiplin menaati jadwal yang saya buat sendiri. Jika tidak? Yaaaa, semua kemewahan bekerja di rumah akan melayang bersama klien yang kecewa karena saya tidak menaati kesepakatan tenggat.

Batas antara pekerjaan dan urusan pribadi tidak jelas

Nah, ini sudah saya singgung di poin sebelumnya. Disiplin sangat menentukan keberhasilan saya bekerja di rumah. Saya menetapkan satu ruang sendiri untuk bekerja, sehingga orang di rumah tahu saya sedang bekerja ketika berada di ruang tersebut. Selain itu, saya juga beritahukan ke anggota keluarga bahwa saya baru bisa meladeni pertanyaan atau permintaan mereka seusai bekerja. Bahkan saya juga menetapkan batas waktu dan jam-jam tersendiri untuk menyelesaikan pekerjaan di rumah dan pekerjaan saya sebagai penerjemah. Hasilnya, semua jadi jelas dan ada batasannya. Klien senang, hati saya pun tenang 😉

Anggapan orang sekitar bahwa pekerja lepas adalah pengangguran 😀

Sekarang saya tidak peduli apa kata orang tentang saya dan pekerjaan saya. Tapi, dulu saya merasa ‘kurang’ dan anggota keluarga di rumah kerap ditanyai dan ini juga mengganggu mereka. Anggapan bahwa orang sukses adalah yang bekerja di gedung perkantoran besar dan mewah atau berangkat kerja mengendarai mobil mewah adalah hal yang lumrah ditemui di negara kita tercinta ini. Bahkan ada yang menganggap pekerja lepas adalah pengangguran terselubung. Hahaha! Jika kamu peduli tentang hal seperti ini, siap-siaplah diresahkan oleh komentar tetangga atau anggapan usil lainnya dari orang sekitar.

Bagaimana dengan kamu? Mana yang lebih pas untukmu, bekerja dari rumah atau di kantor? Apa saja kekurangan dan kelebihannya? Bagikan pendapatmu di bagian komentar, ya.

Hai! Saya Desi, penerjemah bersertifikat HPI untuk pasangan bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris, sekaligus juru bahasa profesional. Saya berbagi pengalaman sebagai penerjemah lepas melalui blog dan siniar saya “Being a Translator: a Podcast by Desi Mandarini“. Saat ini, saya masih menjadi anggota aktif Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) sejak tahun 2010, dan Perhimpunan Juru Bahasa Konferensi Indonesia (AICI). Ingin tahu lebih banyak tentang pekerjaan saya? Mari berteman di Instagram, Twitter, Facebook, atau LinkedIn.  Punya pertanyaan atau komentar? Kirimkan saja melalui surel ke info@desimandarini.com. Salam sukses!

3 thoughts on “Kelebihan dan Kekurangan Bekerja dari Rumah

  1. Hi Mbak Desi,

    Mbak Desi, masih ingat saya? Mbak Desi pernah saya DM di LikedIn. 🙂 Saya juga pernah mengalami pengalaman-pengalaman yang Mbak Desi bagi dalam tulisan ini. Semisal, sering kali sebagai pekerja lepas saya menunggu proyek datang saat saya memiliki banyak waktu saat itu. Akan tetapi, proyek yang dinantikan tak kunjung datang juga. Setelah selang beberapa waktu, pernah saya juga mengalami selama dua minggu berturut-turut saya kebanjiran proyek. Saya harus menyelesaikan proyek-proyek tersebut siang dan malam karena dikerjar-kerja deadline. Tetapi, saya merasa puas dan senang ketika akhirnya saya bisa menuntaskan itu semua sesuai deadline dan harapan klien. Kemudian, ada kalanya saya sepi proyek kembali dan kadang ada juga proyek masuk namun dalam volume yang tidak banyak.

    Apapun itu, saya selalu bersyukur dan berpikiran positif karena rezeki sudah diatur Tuhan dan tidak mugkin tertukar. Biasanya, jika saya sedang tidak mengerjakan proyek apapun, saya berusaha menambah pengetahuan di bidang penerjemahan. Semisal, saya mengambil kursus singkat penerjemahan, CAT Tools, mengikuti seminar/webinar HPI, membaca artikel-artikel penerjemahan dan penjurubahasaan (seperti di Blog ini), dan lain-lain. Saya juga berupaya membangun jejaring dengan sesama penerjemah melalui media sosial atau ketika bertemu dalam acara seminar. Selain itu, saya juga mengirim beberapa surat lamaran di agensi penerjemahan. Terlebih, sekarang kita memiliki banyak pilihan untuk belajar dan bekerja di dunia penerjemahan. Melalui berbagai media yang ada, kita dapat mengasah kemampuan dan menggali peluang kita sendiri sebagai seorang pekerja lepas. 🙂

    Salam,

    Refi Ranto Rozak
    Bojonegoro, Jawa Timur

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.